Di masa kini, kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dikenal di sektor swasta, namun juga diterapkan di sektor pemerintahan (birokrat). BLU yang bertugas memberikan layanan publik yang berkualitas pada masyarakat dengan sekecil mungkin menjadi beban anggaran negara, menghadapi dilema mengingat keterbatasan anggaran pemerintah.

Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara pragmatism dan idealism, di dalam pengelolaan keuangan BLU. BLU mempunyai peran ganda, yaitu untuk menjalankan Idealisme dalam melaksanakan layanan publik (public service obligation), dan Pragmatisme dalam memastikan pendanaan dan keberlangsungan usaha. Ibarat dua sisi mata uang, kedua hal ini tidak untuk dipertentangkan, namun perlu digabungkan dalam menjalankan bisnis BLU.

Perubahan Paradigma untuk Keberlangsungan BLU

Secara umum, terdapat tiga filosofi pembiayaan pembangunan, yaitu: (1) dari dunia usaha (nasional, asing, BUMN) untuk proyek yang layak secara ekonomi dan finansial; (2) dari Public Private Partnership (PPP) untuk proyek yang layak secara ekonomi namun tidak layak secara finansial; dan (3) dari APBN/APBD untuk proyek yang tidak layak secara ekonomi. APBN adalah alat untuk melaksanakan redistribusi, sehingga pajak yang dibayarkan digunakan untuk distribusi pembiayaan kegiatan pemerintah, terutama untuk yang kurang mampu.

Seiring dengan filosofi tersebut, terdapat tiga filosofi pembiayaan BLU, guna menghadapi tantangan yang dihadapi dalam menjaga keberlangsungan usahanya, yaitu: (1) modal awal yang berasal dari APBN; (2) keuntungan usaha yang berkesinambungan, dan (3) peningkatan kualitas layanan dan ekspansi usaha. Oleh karena itu, manajemen BLU harus mengubah paradigma agar mampu menjalankan bisnis yang berkelanjutan (sustainable), yaitu dengan menerapkan prinsip efisiensi dan produktivitas. Namun demikian, perlu dicermati bahwa efisiensi dan produktivitas saja tidak cukup untuk menjadi pemenang. Kedua prinsip tersebut perlu dipadukan dengan sumber daya manusia yang unggul, inovasi, kreativitas, dan entrepreneurship driven.

Ruang Perbaikan BLU

Dalam upaya perbaikan manajemen BLU di era enterprising the government, beberapa langkah yang dapat diimplementasikan oleh BLU, antara lain:

1)Optimalisasi sumber daya yang terbatas

Perlu dilakukan optimalisasi sumber daya yang dilakukan oleh BLU agar jangan bergantung kepada sumber daya APBN yang terbatas. Contoh sumber daya finansial lainnya selain APBN adalah pembiayaan bank, pasar keuangan, kerja sama aset, dan pembiayaan alternatif lainnya. Pengelolaan sumber daya finansial ini memerlukan pengetahuan yang memadai, agar tidak terjadi permasalahan investasi.

2)Pengelolaan pendapatan yang profesional

Untuk mengelola pendapatan secara professional, penting bagi BLU untuk menerapkan tata kelola yang baik (Good Corporate Governance), yang mencakup: (1) model bisnis (business model), (2) perencanaan bisnis (business planning), (3) pemantauan kinerja (performance monitoring), (4) audit intern dan ekstern, serta (5) mekanisme imbalan dan sanksi (reward and punishment).

3)Investasi berdasarkan expected return

Perlu ada kontrak kinerja yang memuat indikator kinerja utama (Key Performance Indicators) menjadi alat untuk mengukur kinerja manajemen. Sebagai contoh, untuk mencapai hasil yang diharapkan atas investasi (expected return), dilakukan pengukuran untuk sales growth, profit margin, internal rate of return (IRR), payback period, dan net present value (NPV).

4)Manajer menjadi entrepreneur

Entrepreneur adalah orang yg bisa melihat peluang dan menangkap peluang itu, atau bahkan menciptakan peluang. Prinsip bagi para manajer BLU untuk menjadi entrepreneur adalah “buy the future with the present value.” Seorang entrepreneur yang baik mampu menangkap dan menciptakan peluang, berorientasi pada hasil, perfeksionis, detil, dan disiplin.

(sin/rsw/nat)